Penurunan Aktivitas Ekonomi Inggris: Sinyal Bahaya bagi GBP?
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Komposit Inggris menunjukkan penurunan yang signifikan pada bulan Juli 2024, mencapai titik terendah dalam dua bulan terakhir. Menurut data terbaru dari S&P Global, PMI Komposit Inggris turun menjadi 50,6 dari level 52,3 di bulan sebelumnya. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan PMI akan tetap di kisaran 52,0. Angka PMI ini penting karena merupakan indikator utama kesehatan ekonomi suatu negara. PMI di atas angka 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah 50 menandakan kontraksi. Oleh karena itu, meskipun angka 50,6 masih berada di wilayah ekspansi, tren penurunannya menunjukkan bahwa laju pertumbuhan sedang melambat secara signifikan.
Apa Penyebab Penurunan PMI Komposit Inggris?
PMI Komposit merupakan gabungan dari PMI sektor manufaktur dan jasa. Penurunan utama berasal dari sektor jasa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Inggris. PMI sektor jasa menurun dari 53,7 ke 51,5, sementara sektor manufaktur masih berada di bawah angka 50 yang menandakan kontraksi berkelanjutan. Beberapa faktor yang menyebabkan perlambatan ini antara lain:
-
Pelemahan permintaan domestik akibat tekanan biaya hidup yang tinggi
-
Inflasi jasa tetap tinggi meskipun Bank of England menaikkan suku bunga
-
Ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak suku bunga tinggi di negara lain
-
Kurangnya investasi bisnis baru karena kekhawatiran terhadap prospek jangka panjang
Dampak Langsung ke Nilai Tukar GBP
Melemahnya sektor jasa tentu berdampak langsung terhadap mata uang Inggris, Poundsterling (GBP). Setelah rilis data PMI ini, nilai tukar GBP terhadap dolar AS mengalami pelemahan. Reaksi pasar ini menunjukkan betapa sensitifnya GBP terhadap data ekonomi utama. Beberapa dampak yang terlihat setelah rilis data PMI:
-
GBP/USD turun ke bawah level 1.2700
-
Pasar memperkirakan Bank of England akan lebih dovish ke depan
-
Ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga berikutnya menjadi lebih rendah
Bank of England (BoE) berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi, inflasi jasa tetap tinggi dan memerlukan pengetatan moneter. Di sisi lain, data PMI memberikan sinyal bahwa perekonomian sedang melambat, sehingga risiko resesi membayangi jika BoE terus menaikkan suku bunga.
Perbandingan dengan Negara Lain
Jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Eropa, PMI Inggris memang masih berada dalam zona ekspansi. Namun, kecepatannya terus melambat. Sebagai perbandingan, PMI zona euro berada di bawah angka 50, menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dari aktivitas ekonomi mereka. Selain itu, ekonomi Amerika Serikat menunjukkan kinerja yang lebih kuat, dengan data PMI yang lebih stabil. Ini menjadi faktor tambahan yang membuat GBP melemah terhadap USD, karena investor melihat USD sebagai aset yang lebih aman dalam situasi saat ini.
Respon Pasar dan Prospek Jangka Pendek
Pasar keuangan merespons data PMI ini dengan kehati-hatian. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Inggris turun tajam karena pelaku pasar mulai memperkirakan pelonggaran kebijakan moneter akan datang lebih cepat dari perkiraan. Sementara itu, di pasar forex, responsnya cukup cepat. GBP tidak hanya melemah terhadap USD, tetapi juga terhadap mata uang lainnya seperti euro dan yen Jepang.
Beberapa kemungkinan arah GBP ke depan:
-
Jika data ekonomi terus melemah, GBP berpotensi terus turun
-
Bila BoE menghentikan siklus kenaikan suku bunga, GBP bisa kehilangan daya tarik bagi investor
-
Namun, jika inflasi tidak turun sesuai target, bisa memberikan tekanan tambahan ke BoE
Sikap hati-hati investor dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi Inggris akan menjadi penentu utama pergerakan GBP dalam beberapa minggu ke depan.